AR-My
My Friends is My Family
Oleh : Raudya Iwana Tuzzahra
Subuh
yang sangat dingin, angin berderu dengan kencang, udara subuh Pulo Air yang
segar cocok untuk menyegarkan jiwa seorang pelajar, yang kadang pikirannya
jenuh dan kepala penuh asap memikirkan pelajaran.
Suara
indah itu tiba-tiba terdengar… merdu, sangat enak didengar, itulah muratal
masjid, yang selalu menjadi alarm santri untuk bangun dari tidur dan mimpi
indah mereka. Aku segera bangun dari tidurku, kali ini aku bangun sendiri,
tanpa dibangunkan wali asrama. Subuh ini perasaanku lega, karena masa MOS sudah
berakhir seminggu yang lalu, jadi gak perlu tidur malam dan bangun juga gak
kesiangan. Aku segera beranjak ke kamar mandi, untuk mencuci muka, sikat gigi,
dan mengambil air wudhu. Kegiatan pagiku diawali dengan kegiatan bahasa asing,
dilanjutkan dengan sholat subuh berjamaah dan mengaji Al-Qur’an di masjid……
Hari
pertamaku jadi anak SMP cukup menyenangkan, aku bertemu banyak teman baru. Di
sekolah ada kegiatan seleksi untuk anak baru masuk kelas akselerasi. Seleksi
dilihat dari NEM UASBN, syaratnya nilai rata-rata gak kurang dari 7.
Alhamdulillah… nilaiku mencukupi, aku ikuti semua tes bareng teman-temanku yang
baru saja aku kenal. Sebenarnya aku ragu ikut tes ini, tapi aku pikir apa
salahnya buat mencoba.
Akhirnya
semua tes aku ikuti, selama hampir seminggu. Banyak teman-teman aku yang gagal
dari tes ini, dan Alhamdulillah aku masih bertahan. Namun ternyata mentalku
kalah, aku takut, aku merasa gak akan mampu dikelas akselerasi. Aku sudah
meminta pendapat orangtuaku, tapi mereka menyerahkan semua keputusan padaku,
walaupun sempat mereka menyuruhku untuk mencobanya, tetap saja hatiku ragu. Ternyata
bukan aku saja yang merasa seperti itu, temanku Khodijah juga merasakan hal
yang sama denganku.
Sampai
pada akhirnya kami berdua bicara pada seorang guru bernama Pak Syamsul, yang
pada saat itu mewawancarai kami tentang minat kami dikelas akselerasi. Tubuh
pak Syamsul yang tinggi berisi, dan suaranya yang besar dan menggelegar, membuat
aku dan Khodijah takut untuk bicara. Pak Syamsul banyak sekali bertanya pada
Khodijah, karena Khodijah memiliki kakak yang dulu pernah bersekolah disini.
Setelah menunggu pak Syamsul selesai bertanya, aku memberanikan diri untuk
mengutarakan keinginanku…..
Senang
rasanya, keinginanku terkabul setelah berbicara dengan Pak Syamsul, aku resmi
keluar dari tes. Akhirnya aku masuk di kelas regular Ar-Rahim. Dikelas ini
memang lebih banyak siswanya dari kelas akselerasi. Selama hampir sebulan aku
belajar dikelas ini, tapi ternyata ada panggilan tes yang kedua untuk anak yang
terpilih dari kelas regular. Aku
termasuk dalam daftar tersebut. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini,
walaupun dulu aku pernah menyia-nyiakannya.
Sepulang
sekolah aku masuk ke ruang guru untuk mengikuti tes. Beberapa butir soal
matematika disodorkan padaku. Aku mengerjakan soal sebisaku, tapi Alhamdulillah
hasilnya tidak buruk, aku diterima di kelas akselerasi.
*****
Kelas
yang cukup nyaman, dinding berwarna krem dan cat pintu warna hijau, membuat
suasana sejuk dan asri. Ar-Rahman kelas yang terdiri dari 19 siswa yang ramah,
dan daddy wali kelasku yang sangat baik, membuat aku merasa nyaman disini.
Sudah 2 bulan aku bersama mereka, seperti keluarga rasanya. Susah senang kami bersama,
setiap ada masalah kami pecahkan bersama, kami selau bersama seperti lagu
Smash.
Cepat
sekali aku akrab dengan mereka, dikelas ini aku berteman dekat dengan Icha.
Mungkin memang aku harus bersama mereka hingga 2 tahun mendatang. Banyak
pengalaman berkesan bersama mereka yang akan aku ingat selalu.
*****
Tak
terasa 2 tahun begitu cepat berlalu. Kini kami berjuang menghadapi ujian
nasional yang seharusnya kami hadapi setahun yang akan datang, namun inilah
kelas akselerasi yang semuanya terasa begitu cepat. Aku harus menyesuaikan
diri, bergabung bersama kakak kelas yang sekarang menjadi satu angkatan
denganku. Pemantapan dan try out kami jalani, rasa takut dan tegang menghantui
kami.
Begitu
beberapa hari menjelang UN, aku dengan teman-teman makan bersama untuk membuat
rileks fikiran. Canda tawa mewarnai moment ini. Ingin rasanya tetap bersama,
namun inilah hidup “ jika ada sebuah pertemuan maka akan ada sebuah perpisahan”.
Perjalanan hidup memang panjang.
Membawa pertemuan dan perpisahan. Hari ini aku bertemu, besok aku berpisah.
Namun seiring waktu berjalan kita tetap harus menjalani hidup ini dan
memikirkan tujuan masa depan kita. Walaupun persahabatan ini bukan yang pertama
bagiku, tetapi satu persahabatan inilah yang dapat membuat hari – hari dalam
hidupku menjadi lebih bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar